Semangat Lestarikan Budaya Indonesia

Sabtu, 01 Januari 2011

Sultan Muhammad Seman

Sultan Muhammad Seman adalah Sultan Banjar dalam pemerintahan pada masa 1862 - 1905. beliau adalah putra dari Pangeran Antasari yang disebut Pagustian sebagai penerus Kerajaan Banjar.
Di zaman Sultan Muhammad Seman, pemerintahan Banjar berada di Muara Teweh, di hulu sungai Barito. Sultan Muhammad Seman merupakan anak dari Pangeran Antasari dengan Nyai Fatimah. Nyai Fatimah adalah saudara perempuan dari Tumenggung Surapati, panglima Dayak dalam Perang Barito. Jadi sultan ini masih ada keturunan Dayak dari pihak ibunya.

Pada tahun 1888, Sultan Muhammad Seman mendirikan sebuah masjid di Baras Kuning yang sedianya akan menjadi tempat gerakan Beratib Beramal. Sultan Muhammad Seman meneruskan perjuangan mengusir penjajah Belanda dari tanah Banjar. Sultan beserta pejuang lainnya seperti Tumenggung Surapati, Panglima Batur, Panglima Bukhari, dan beberapa pejuang lainnya terus menggempur pertahanan Belanda di daerah Muara Teweh, Buntok, Tanjung, Balangan, Amuntai, Kandangan, dan di sepanjang sungai Barito. Pada pertempuran di Benteng Baras Kuning, Sultan Muhammad Seman gugur sebagai syuhada, setelah mempertahankan benteng dari serbuan Belanda. Peristiwa ini terjai pada tanggal 24 Januari 1905.



Sultan Muhammad Seman sangat dekat kekerabatan dengan Suku Dayak Murung. Ini karena ibu beliau, Nyai Fatimah, berasal dari suku Dayak Murung, yang tidak lain adalah saudara dari Tumenggung Surapati. Muhammad Seman juga mengawini dua puteri Dayak dari Suku Dayak Ot Danum. Puteranya, Gusti Berakit, ketika tahun 1906 juga mengawini putri kepala suku Dayak yang tinggal di tepi sungai Tabalong. Sebagai wujud toleransi yang tinggi, ketika mertuanya meninggal, Sultan Muhammad Seman memprakarsai diselenggarakannya tiwah, yaitu upacara pemakaman secara adat Dayak (Kaharingan).



Dengan gugurnya Sultan Muhammad Seman, maka pejuang-pejuan dalam Perang Banjar semakin berkurang dab melemah. Sehingga sejarah mencatat bahwa Perang Banjar berakhir ketika gugurnya Sultan Muhammad Seman. Sepeninggal Sultan Muhammad Seman, perjuangan dilanjutkan oleh putri dan menantu beliau, yaitu Ratu Zaleha dan Gusti Muhammad Said, beserta sisa-sisa pasukan yang masih setia dengan perjuangan rakyat Banjar.



Makam Sultan Muhammad Seman terdapat pada sebuah perbukitan yang dinamakan Gunung Sultan di tengah kota Puruk Cahu ibukota Kabupaten Murung Raya, provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia.







Pangeran Matseman

Gusti Matseman


Memerintah           : 1862-1905

Meninggal              : 24 Januari 1905 (umur.... )

Baras Kuning, Murung Raya

Kalimantan Tengah

Pendahulu                : Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin

Pengganti                 : Gusti Berakit

Selir                         : Nyai Salamah (ibu Ratu Zaleha)

                                : Nyai  Banun (ibu Pg. Banjarmas)

                                : Nyai Mariamah (ibu Gusti Berakit)

Wangsa                     : Pagustian

Ayah                          : Pangeran Antasari

Ibu                             : Nyai Fatimah



  

0 komentar:

: